Sabtu, 30 Maret 2013

“Buah Hatiku“ MENGAPA KITA BINGUNG...?



“@[413467275392334:274:Buah Hatiku]“

MENGAPA KITA BINGUNG...?

Assalamu'alaikum sahabat fillah yg dirahmati Allah... Simaklah dg iman kalam Allah ini:

"Barangsiapa yg mengerjakan amal shalih, baik laki2 maupun perempuan dlm keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kpd mereka dg pahala yg lbh baik dr apa yg tlh mereka kerjakan." ( QS. An-Nahl:97)

"Wahai anak Adam! Beribadahlah kepada-Ku sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dg kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dg rizki. Wahai anak Adam! Jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dg kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dg kesibukan." (HR. Imam at-Tirmidzi no 2584)

Ali bin Abu Thalib r.a berkata, "Sungguh dunia semakin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya masing2 mempunyai anak turunan. Dan jadilah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan esok hanya ada hisab sementara tdk ada kesempatan beramal."
(HR. Imam Bukhari dlm Kitab Riqaq, Bab Fil Amal wa thulihi dan lihat Fathul Bari, 11/265)

Sahabat fillah... KEBAHAGIAAN HIDUP HANYA BISA DIPEROLEH BILA HATI DIPENUHI DG HIDAYAH DAN KETAATAN KPD PEMILIK JIWA YAITU ALLAH SWT...

Seluruh manusia dr brbagai macam profesi, asal usul dan latar belakang semuanya brharap hidupnya jauh dr kegelisahan &kemalangan. Tdk ada jln yg paling baik unt melenyapkan kegelisahan dan mendatangkan kebahagiaan kecuali dg mengkonsentrasikan diri kpd Allah Ta'ala, beramal dg ikhlas krn Allah, beribadah sesuai dg syariat, menghadapi masalah dg lapang dada, menyelesaikan problem hdp dg tenang hati &bersikap "qonaah" (merasa cukup dg pemberian Allah) trhadap nasib rizki yg tlh ditetapkan Allah atas hambaNya.

Sahabatku, bila kita membekali diri dg sikap diatas dlm mengarungi kehidupan ini, sebesar apapun tantangan &masalah yg dihadapi dan seberat apapun ujian dan cobaan yg dialami maka kebahagiaan hdp dan ketenangan batin tetap menyapanya.

Dikutip dari buku berjudul : "One Heart" Rumah Tangga, Satu Hati, Satu Langkah
Penulis : Zaenal Abidin bin Syamsudin 

-----
Semoga Bermanfaat dan Dapat Diambil Ilmu & Hikmahnya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat “@[413467275392334:274:Buah Hatiku]“  note ini bermanfaat ....
Buah Hatiku

MENGAPA KITA BINGUNG...?

Assalamu'alaikum sahabat fillah yg dirahmati Allah... Simaklah dg iman kalam Allah ini:

"Barangsiapa yg mengerjakan amal shalih, baik laki2 maupun perempuan dlm keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kpd mereka dg pahala yg lbh baik dr apa yg tlh mereka kerjakan." ( QS. An-Nahl:97)

"Wahai anak Adam! Beribadahlah kepada-Ku sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dg kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dg rizki. Wahai anak Adam! Jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dg kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dg kesibukan." (HR. Imam at-Tirmidzi no 2584)

Ali bin Abu Thalib r.a berkata, "Sungguh dunia semakin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya masing2 mempunyai anak turunan. Dan jadilah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan esok hanya ada hisab sementara tdk ada kesempatan beramal."
(HR. Imam Bukhari dlm Kitab Riqaq, Bab Fil Amal wa thulihi dan lihat Fathul Bari, 11/265)

Sahabat fillah... KEBAHAGIAAN HIDUP HANYA BISA DIPEROLEH BILA HATI DIPENUHI DG HIDAYAH DAN KETAATAN KPD PEMILIK JIWA YAITU ALLAH SWT...

Seluruh manusia dr brbagai macam profesi, asal usul dan latar belakang semuanya brharap hidupnya jauh dr kegelisahan &kemalangan. Tdk ada jln yg paling baik unt melenyapkan kegelisahan dan mendatangkan kebahagiaan kecuali dg mengkonsentrasikan diri kpd Allah Ta'ala, beramal dg ikhlas krn Allah, beribadah sesuai dg syariat, menghadapi masalah dg lapang dada, menyelesaikan problem hdp dg tenang hati &bersikap "qonaah" (merasa cukup dg pemberian Allah) trhadap nasib rizki yg tlh ditetapkan Allah atas hambaNya.

Sahabatku, bila kita membekali diri dg sikap diatas dlm mengarungi kehidupan ini, sebesar apapun tantangan &masalah yg dihadapi dan seberat apapun ujian dan cobaan yg dialami maka kebahagiaan hdp dan ketenangan batin tetap menyapanya.

Dikutip dari buku berjudul : "One Heart" Rumah Tangga, Satu Hati, Satu Langkah
Penulis : Zaenal Abidin bin Syamsudin

-----
Semoga Bermanfaat dan Dapat Diambil Ilmu & Hikmahnya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat “Buah Hatiku“ note ini bermanfaat ....

sumber : https://www.facebook.com/yuli.sholihat
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151433344674355&set=a.10150443443424355.367228.291202364354&type=1&ref=nf

Ulil Abshar Abdala: Hukum Islam Kadaluarsa | Si Pencari Receh dari Yahudi bikin ulah lagi


Di antara pro kontra soal ‘Pasal Santet’ dan ‘Kumpul Kebo’ dalam RUU KUHP, politisi Partai Demokrat, Ulil Abshar Abdalla, koordinator Jaringan Islam Liberal, menuding beberapa pasal dalam hukum Islam memang sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai dengan zaman.
Melalui akun Twitter @ulil, aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) itu menegaskan bahwa hukum Islam yang sudah tidak sesuai dengan zaman, tidak perlu dipakai lagi. “Beberapa pasal dalam hukum Islam memang  sudah kedaluwarsa dan tak sesuai dengan zaman. Jadi ndak perlu dipakai lagi.”
Menurut Ulil, umat Islam tidak perlu malu untuk mengakui dan belajar dengan dunia Barat, karena saat ini dunia Islam terpuruk. “Dulu dunia Islam maju, Barat terpuruk. Sekarang terbalik. Ndak usah malu mengakui dan belajar,” tulis @ulil.
Ulil juga menyebut sejumlah keburukan dunia Islam sehingga mengakibatkan mundurnya dunia Islam. “Contoh jelek dari dunia Islam: Syiah-Sunni bunuh-bunuhan gara-gara saling anggap sesat,” tulis @ulil.
Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir menilai komentar Aktivis JIL Ulil Abshar Abdalla terkait tudingan bahwa pasal dalam hukum Islam sudah kadaluwarsa dan tidak sesuai zaman dalam kicauannya di twitter sebagai statemen manusia yang bermental pecundang.
“Kicauan Ulil Abshar itu adalah perkataan orang yang bermental kalah. Lidahnya dibimbing oleh otak dusta,” kata Da’i yang juga Pembina Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL) di depan sejumlah jurnalis Muslim, di kantornya Jakarta, Kamis (21/3/2013).
Alumnus Universitas Madinah ini menceritakan, Hirohito, setelah Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Amerika, berkata, bahwa kedua bom itu tidak terlalu besar bagi dia. Senjata terbesar adalah perkataan mereka, ‘Wahai Jepang, menyerahlah!’
Kata Ustadz Bachtiar, kalau Jepang sampai mendengarkan kata-kata itu, berarti Jepang betul-betul kalah. “Nah, perkataan Ulil seperti itu, ini tidak akan pernah bisa membangun peradaban Indonesia. Dan dari perkataan orang seperti ini selamanya kita tidak akan pernah bisa besar dan selalu bermental kalah,” tandasnya, pada Ar Rahmah Media.

Redaktur: Shabra Syatila 
disarikan dari: http://news.fimadani.com
Ulil yangsudah terkenal dengan mengacak - acak hukum Islam karena seringnya berkumpul dengan orang Yahudi daripada dengan orang Islam sendiri, Sudah saatnya dia dihentikan, Kalu dihentikan dengan kekerasan maka kita yan akan kalah kalu dengan jawaban nantinya akan dituduh anti Demokrasi dan temannya teroris. maka paling efekti mari kita bersama-sama doakan dia agar dia mendapat bala didunia maupun akhirat kalau mau matinya jangan dipermudah tapi harus mengalami mpenderitaan yang sangat dan berkepanjangan , mari aminkan doa ini: 
Allohumma ya allah, Engkau maha kuasa, maha mendengar dan maha membalas atas dosa-dosa orang yang ingkar. lailaha illa anta subkhanaka inni kuntum mina dzolimiin karena tidak bisa bersikap seperti Ali Ra ketika ada yang meragukan Isra Mi`raj. Maka ya allah aku mohon orang yang bernama ULIL ABSHAR ABDALA orang sering menghina Islam dan kalam-Mu Al=quran yang agug, tunjukkan kepada kami kekuasaan-Mu atas dia, berilah Ulil kehancauran didunia dan akhirat, kesengsaraan yang sangat dan panjang agar menjadi pelajaran bagi orang lain. Ya allah hancurkan pula makarnya, hartanya, kegiatannya, keluarganya dan kelompok-kelompoknya . Ya allah tunjukkan kuasamu itu dalam waktu yang dekat, lailaha illallah Muhammadurrasulullah . alhamdulillahirobil `alamiin



Lembaga Fatwa Mesir: Memanjangkan Jenggot Hanya Kebiasaan Orang Arab Bukan Perintah Syariat


Lembaga Fatwa Mesir: Memanjangkan Jenggot Hanya Kebiasaan Orang Arab Bukan Perintah Syariat


Lembaga Fatwa Mesir (Darul Ifta` Al-Mishriyyah) yang dipimpin Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah, hari Senin (7/1) kemarin mengeluarkan fatwa yang menjelaskan bahwa mencukur atau memanjangkan jenggot hanya kebiasaan orang arab dan bukan perintah syariat Islam.
Dalam menanggapi pendapat yang mewajibkan lelaki memanjangkan jenggotnya, Lembaga Fatwa Mesir menyatakan, “Para ulama telah berbeda pendapat tentang hukum memanjangkan jenggot bagi laki-laki semenjak dahulu kala sampai sekarang. Sebagian ulama berpendapat, memanjangkan jenggot hanya kebiasaan orang arab bukan termasuk dalam kategori ibadah yang diperintahkan. Lafazh perintah yang terdapat dalam banyak hadits berfungsi sebagai tuntunan bukan menunjukkan hal yang wajib atau pun sunnah. Pendapat inilah yang dijadikan pedoman oleh ulama kontemporer.”
 Dalam fatwa itu juga disebutkan, Syaikh Mahmud Syaltut dalam kitabnya Al Fatawa menuturkan, “Pendapat yang benar tentang perintah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berhubungan dengan cara berpakaian dan penampilan fisik -termasuk di dalamnya memanjangkan jenggot- adalah bahwa perintah itu menunjukkan kebiasaan setempat dan seseorang harus menerapkannya sesuai dengan daerah tempat dia berada. Jika seseorang berada di suatu daerah yang di sana terdapat satu hal baik menurut kebiasaan warganya, maka dia harus menurutinya. Jika tidak melakukannya maka dia dianggap sebagai orang yang ingin mengasingkan diri dari pergaulan sehari-hari.” Hal senada juga diterangkan Syaikh Muhammad Abu Zahra dalam kitabnya Ushul Al Fiqh, dia memilih pendapat yang menyatakan bahwa memanjangkan jenggot bagi laki-laki adalah sebuah kebiasaan semata bukan perintah syariat.”
Selanjutnya disebutkan, pendapat ini pula yang dijadikan pegangan oleh sebagian besar ulama Al-Azhar yang mana mereka ibarat bintang bagi dunia di bidang ilmu agama. Lembaga Fatwa Mesir ini juga menerangkan, sekelompok ulama bermadzhab Syafi’i menyatakan bahwa memanjangkan jenggot hukumnya sunnah bukan wajib.
Lembaga Fatwa Mesir menjelaskan, kaidah syariat yang disepakati ulama menyebutkan, perbuatan yang harus dibantah adalah jika seseorang mengerjakan sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama bahwa hal itu haram atau meninggalkan sesuatu yang telah disepakati ulama bahwa hal itu wajib. Namun jika seseorang mengerjakan perbuatan yang diperselisihkan oleh para ulama maka tidak boleh dibantah. Jika seseorang merasa rumit dalam memilih pendapat yang benar dalam masalah agama maka dia boleh taklid (mengikuti) pendapat para ulama yang kapabel di bidangnya.

Redaktur: Abu Hafsah
Sumber: Alarabiya | Youm7

sumber : http://news.fimadani.com

Sholat Dhuha


Sholat Dhuha
Pengertian Sholat Dhuha yaitu sholat yang dikerjakan pada waktu dhuha atau pagi hari setelah matahari terbit naik sepenggalah  sampai mau masuk waktu dhuhur ( jam 7.00 s.d 11.00 WIB)
Keutamaan Sholat Dhuha :
1.      Dijadikan nama salah satu surat dalam alquran (Ad-Dhuha )

وَالضُّحَىٰ وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

"Demi Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik ) dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu." (QS: Adh-Dhuha: 1-3)
2.      Menutup kekurangan ibadah lainnya ;
 Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”

Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits berikut,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ »
“Dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.”

3.      Mendapat pahala seperti orang umroh;
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berjalan hendak melaksanakan shalat wajib sedangkan dia dalam keadaan bersuci, maka seperti pahala orang berhaji yang sedang ihram. Dan barangsiapa berjalan hendak mengerjakan shalat dhuha, tidak ada tujuan lain kecuali shalat itu, maka pahala seperti orang melaksanakan umroh, dan mengerjakan shalat dengan shalat lain tanpa diselingi perbuatan sia-sia, maka dia ditulis sebagai golongan-golongan orang yang mendapat tempat yang tinggi”,
4.      Dibangunkan sebuah rumah disurga;
Dari Abdullah bin umar ra berkata, aku bertemu Abu Dzar dan berkata padanya, “wahai paman!, berilah kepadaku kilasan kebaikan”. Abu Dzar berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, seperti yang engkau tanyakan padaku, maka Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau mengerjakan shalat dhuha dua rakaat maka engkau tidak tercatata sebagai golongan orang-orang yang lalai, jika engkau mengerjakan shalat dhuha empat rakaat maka engkat tertulis sebagai golongan orang-orang yang berbuat baik (muhisnin), jika engkau mengerjakan shalat dhuha enam rakaat, maka engkau ditulis sebagai golongan orang-orang yang mempunyai kehormatan, jika engkau mengerjakan shalat dhuha delapan rakaat maka engkau ditulis sebagai golongan orang-orang yang mendapat keberuntungan, dan jika engkau mengerjakan shalat dhuha sepuluh rakaat, maka tidak ditulis padamu di hari itu suatu dosa, dan jika mengerjakannya duabelas rakaat, maka Allah akan membangun untukmu istana di surga (hadis ini juga terdapat dalam kitab al-jami’)
5.      Warisan rasulillah yang jangan ditinggalkan;
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]
Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]
6.      Mencegah kefakiran dan termasuk orang bertaubat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran.
Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
7.      Termasuk hamba yang bersyukur;
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”
8.      Ghanimah (keuntungan) yang besar
Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”

Mereka menjawab; “Ya!

Rasul saw berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
9.      Di ampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih dilautan
Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
Hukum Shalat Dhuha

Menurut pendapat yang paling kuat, hukum shalat Dhuha adalah sunnah secara mutlaq dan boleh dirutinkan. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan shalat Dhuha yang telah disebutkan. Begitu pula shalat Dhuha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wasiatkan kepada Abu Hurairah untuk dilaksanakan. Nasehat kepada Abu Hurairah pun berlaku bagi umat lainnya. Abu Hurairah mengatakan,

أَوْصَانِى خَلِيلِى - صلى الله عليه وسلم - بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
“Kekasihku –yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga nasehat padaku: [1] Berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] Melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at, dan [3] Berwitir sebelum tidur.”
Asy Syaukani mengatakan, “Hadits-hadits yang menjelaskan dianjurkannya shalat Dhuha amat banyak dan tidak mungkin mencacati satu dan lainnya.”[9]

Sedangkan dalil bahwa shalat Dhuha boleh dirutinkan adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah ,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Jumlah Raka’at Shalat Dhuha

Jumlah raka’at shalat Dhuha, minimalnya adalah dua raka’at sedangkan maksimalnya adalah tanpa batas, menurut pendapat yang paling kuat[18]. Jadi boleh hanya dua raka’at, boleh empat raka’at, dan seterusnya asalkan jumlah raka’atnya genap. Namun jika ingin dilaksakan lebih dari dua raka’at, shalat Dhuha tersebut dilakukan setiap dua raka’at salam.

Dalil minimal shalat Dhuha adalah dua raka’at sudah dijelaskan dalam hadits-hadits yang telah lewat. Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa maksimal jumlah raka’atnya adalah tak terbatas, yaitu hadits,

مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى صَلاَةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.
Mu’adzah pernah menanyakan pada ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berapa jumlah raka’at shalat Dhuha yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? ‘Aisyah menjawab, “Empat raka’at dan beliau tambahkan sesuka beliau.”

Bolehkah Melaksanakan Shalat Dhuha secara Berjama’ah?
Mayoritas ulama ulama berpendapat bahwa shalat sunnah boleh dilakukan secara berjama’ah ataupun sendirian (munfarid) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan dua cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara sendirian (munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat bersama Hudzaifah; bersama Anas, ibunya dan seorang anak yatim; beliau juga pernah mengimami para sahabat di rumah ‘Itban bin Malik[21]; beliau pun pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu ‘Abbas.[22]

Ibnu Hajar Al Asqolani ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas yang berada di rumah Maimunah dan melaksanakan shalat malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara berjama’ah.”

Tata Cara Sholat Dhuha

Tata cara sholat dhuha sama seperti sholat wajib yang berbeda Cuma pada niatnya saja, adapun bagi yang sama sekali tidak tahu berikut ini tata cara melakukan sholat dhuha: 

1.  Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
{“Ushallii sunnatadh-dhuhaa rok’ataini lillaahi ta’aalaa.” (“Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah ta’alaa.”) }

2.  Membaca surah Al-Fatihah
3.  Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.

4.  Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan   membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
5.  Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
6.  Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.


Keutamaan, Manfaat, Rahasia Sholat Dhuha : Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]
Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Sholat Witir


Sholat Witir
Dalil perintah
hadits
Sesungguhnya Allâh telah menambah untuk kalian satu shalat, maka jagalah shalat tersebut. Shalat itu ialah Witir. (HR Ahmad dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Irwa‘ al-Ghalîl, 2/159)

Karenanya, kita perlu mengetahui hukum-hukum seputar shalat Witir ini, agar dapat mengamalkannya sesuai ajaran dan tuntunan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.

PENGERTIAN SHALAT WITIR
Yang dimaksud dengan shalat Witir, ialah shalat yang dikerjakan antara setelah shalat Isyâ‘ hingga terbit fajar Subuh sebagai penutup shalat malam.[1]

A. Hukum dan Keutamaannya
Shalat sunnah Witir termasuk sunnah muakkadah. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkannya

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ.

“Sesungguhnya Allah itu ganjil (tunggal) dan menyukai orang yang shalat Witir.” [1]

Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Sesungguhnya shalat witir itu tidak wajib. Dan tidak sebagaimana shalat kalian yang wajib. Namun, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Witir kemudian berkata:

يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ أَوْتِرُوْا، فَإِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ.

“Wahai ahlul Qur-an, shalat witirlah. Karena sesungguhnya Allah itu ganjil (tunggal) dan menyukai orang yang shalat Witir.” [2]
Waktunya
Dalil
Sesungguhnya Allah SWT mengulurkan kepadamu dengan sholat, yaitu sholat witir, Allah SWT menjadikannya untuknya di saat setelahsholat `isya hingga terbit fajar (HR, At-Tirmidzi no. 425 dishahihkan syaikh al-bani dalam shahih at-Tirmidzi

1.
Hadits ‘Aisyah radhiyallâhu'anha, beliau berkata:
hadits
"Dahulu, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam shalat antara setelah selesai shalat Isya‘, yaitu yang disebut oleh orang-orang dengan - al-’atamah - sampai fajar sebelas rakaat dengan salam setiap dua raka’at dan berwitir satu raka’at.
(HR Muslim)
2.
Hadits Abu Bushrah al-Ghifâri terdahulu yang berbunyi :
hadits
"Maka shalatlah di antara shalat Isyâ‘ sampai shalat fajar."
(HR Ahmad dan dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Silsilah Ahâdits ash-Shahîhah, no. 108 (1/221))
Adapun akhir waktu shalat Witir jelas ditegaskan juga oleh hadits yang lainnya, yaitu sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
hadits
"Shalat malam dua raka’at dua raka’at;
apabila salah seorang di antara kalian khawatir Subuh,
maka ia shalat satu raka’at sebagai witir bagi shalat yang telah dilaksanakannya.
(HR al-Bukhâri dan Muslim)